UEA Tak Terima Diancam Iran karena Berdamai dengan Israel 

UEA Tak Terima Diancam Iran karena Berdamai dengan Israel 

CELOTEH RIAU---Uni Emirat Arab (UEA) tidak terima diancam Iran atas keputusannya berdamai dengan Israel. UEA pada Minggu (16/8) memanggil perwakilan Iran di Abu Dhabi untuk memprotes ancaman yang terkandung dalam pidato Presiden Iran Hassan Rouhani. Demikian laporan kantor berita resmi UEA WAM.

Kementerian Luar Negeri memanggil kuasa Iran dan memberinya nota protes.

Itu terjadi sehari setelah Rouhani mengatakan keputusan UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel adalah kesalahan besar. Rouhani memperingatkan UEA agar tidak membuka jalan bagi Israel untuk masuk kawasan.

Lihat juga:

"Tanpa memperluas apa artinya, dia mengatakan hal tersebut akan menjadi cerita lain dan mereka akan ditangani dengan cara lain," tulis kantor berita Iran Mehr.

Seperti dikutip dari AFP, UEA mengatakan bahwa retorika seperti itu tidak dapat diterima serta memiliki implikasi serius bagi keamanan dan stabilitas di kawasan Teluk.

Uni Emirat Arab telah menurunkan status hubungan dengan Iran pada Januari 2016 di tengah persaingan sengit antara sekutu dekat UEA, Arab Saudi dan Republik Islam itu.

Keputusan untuk menormalisasi hubungan dengan negara Israel memicu gelombang kritik di Iran.

Sebuah surat kabar ultrakonservatif mengatakan pada hari Sabtu bahwa langkah tersebut menempatkan UEA menjadi target yang sah bagi pasukan pro-Teheran.

Harian Kayhan menyebut perjanjian itu sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.

Pemerintah Iran juga mengutuk keras perjanjian tersebut, menyebutnya sebagai tindakan bodoh dan mengatakan itu akan memperkuat poros perlawanan di kawasan.

Kesepakatan Israel-UEA, yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis lalu itu merupakan kesepakatan ketiga yang dicapai Israel dengan negara Arab. Namun itu bisa meningkatkan prospek kesepakatan serupa dengan negara-negara Teluk yang pro-Barat.

Trump mengatakan para pemimpin dari kedua negara akan menandatangani perjanjian di Gedung Putih dalam tiga pekan.

Di bawah kesepakatan itu, Israel berjanji untuk menghentikan rencana aneksasi wilayah Tepi Barat, sebuah konsesi yang disambut baik oleh Eropa dan beberapa pemerintah Arab pro-Barat sebagai pendorong harapan perdamaian.

Meski demikian Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan meninggalkan rencananya untuk mencaplok Lembah Jordan dan permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki.

 

#internasional

Index

Berita Lainnya

Index